Edudanews— laporan sebelumnya mengatakan bahwa penambahan pasukan atas perintah utusan rezim Presiden (Sby-Budiono). Informasi melalui media Internasional-Nasional dan Media Local Elektronik maupun media cetak bahwa penambahan pasukan aparat militer Tni-Polri baik organic maupun Non organic di Papua Termasuk Kerom, Puncak Jaya, Paniai, Timika, Wamena dan daerah daerah Operasi Militer (DOM) lainnya termasuk daerah perbatasan, Penambahan Pasukan jumlah sangat banyak.
Namun terbukti persoaln muncul pada tanggal 21 november 2011 sampai dengan situasi Paniai saat ini pengiriman Tni-Polri dan Brimob tim khusus Polisi dari Kelapa II depok Jawa Barat sebanyak 150 personil dan dari Polda Papua sebanyak empat truk dari Nabire Menuju Paniai, dan dari Timika 18 kali carteran Pesawat Trigana Air dari Timika ke Enarotali tanggal 10 November 2011 lalu.
Anggota Brimob yang telah Drop/masuk ke wilayah Paniai sampai detik ini terdaftar lebih 8.500 jiwa Pasukan personil jumlah lebih banyak dari rakyat sipil yang ada di Paniai. Dengan tujuan utama mereka untuk sweeping besar-besaran dilingkungan rakyat sipil kampung-kampung, melakukan Sweeping yakni di kampung Wotai, distrik Yatamo, Paniai selatan, kampung Muye distrik Paniai Barat, di sekitar di pinggir danau Paniai dengan menggunakan speatboat motor yongson milik prolres Paniai. lakukan sweeping dari Kampung Ipakiye sampai Kampung Uwibutu di Madi?” tanya warga.
Sweeping juga telah dilakukan terhadap perumahan pegawai negeri sipil Madi, Paniai. “Barang yang disita dari lokasi perumahan PNS adalah seperti parang, kapak yang biasa pake belah kayu, sekop dan pisau di dapur. Kami kaget ada apa? Tapi polisi bilang kami sweeping demi tugas,” ungkap seorang PNS kepada tabloidjubi.com, Sabtu (26/11).
Sweeping berjalan terus-menerus sampai pada tanggal 27- 30 november 2011, dan menunpas Penyisiran terhadap Tentara Pembebaan Nasional-Organisasi Papua Merdeka (Tpn-Opm) Devisi II Makodam Pembela Keadilan IV Paniai di markas Eduda Wisel Meren Paniai Papua Barat. Sweeping lagi pada Hari senin tanggal 28 November 2011 Satuan Brimod dengan senjata lengkap dari kampung Eka, Pasir Putih Agadide, Weya, Kopabutu, Dagouto sedang maju untuk menyerang dan Penyisiran tempat Tpn-Opm di Paniai Papua, sementara Tpn-OPM siaga satu ditempat. jika pihak Brimod masuk dikawasan pertahanan Tpn-Opm. maka Tpn-Opm hanya kebanyakan personil TPN hanya memiliki busur ana panah, sementara Brimod NKRI peralatan perang lengkap.
Kemarin pada tanggal 29/11 menyeberangi sungai weya sampai bibida menuju ke kampung tokoweya tapi Pasukan TPN-OPM- PB mengusir (kontak senjata) dengan jarak kurang lebih 1 kilo meter,kembali ke seberan sungai Weya.
kemudian penambahan Militer Tni-POlri (Brimob) dua motor yonson Pos wegeuto merencanakan rahasia khusus untuk membongkarkan markas TPN-OPM-PB, sampai hari rabu 30 november 2011, Tni-Polri (Brimod) menyeberangi Sungai Weya kampung Dagouto di sebelah utara Ibu kota Enaro Paniai atas perintah warga setempat kepada kapolres Paniai Sampai tadi sekitar jam 6 terjadi bunyi tembakan dua kali.
Sebelunya Aparat brimob telah mengorbankan rakyat sipil, Paniai Papua. peristiwa tersebut terjadi sekitar jam 10.00 pagi waktu setempat, pada hari Minggu (13/11) lalu. “Mereka yang ditembak dan tewas ditempat adalah ada 8 orang. Yaitu Matias Tenouye (30 thn), peluruh menembus paha kanan. Simon Adii ( 35 thn) peluruh menembus rusuk dan tali perut keluar. Petrus Gobay (40 thn), peluruh masuk dada dan tembus ke belakang. Yoel Ogetay (30 thn), otak kecil keluar di bagian depan. Benyamin Gobay(25 thn), kena bagian dada dan peluru keluar di bagian belakang. Marius Maday (35 thn), peluruh mengenai dada dan keluar di belakang. Matias Anoka (40thn), peluruh kena dada dan keluar di belakang. Yus Pigome (50 thn), peluruh mengenai dada dan keluar di belakang, para korban ditembak dengan alasan tidak jelas. “Alasan aparat Brimob tidak jelas, tapi mereka (para korban-red) ditembak ketika sedang mendulang emas di Kali Degeuwo baye biru Kabupaten Paniai Papua,” ucapnya. Akibat penembakan Aparat militer terhadap warga sipil tidak berdosa tersebut, warga sekitarnnya telah mengungsi ke lokasi aman dan nyaman menurut mereka. (Media Local Papua Tabloid Jubi (Selasa (15/11).
Dan menukul beberapa rakyat sipil lainya termasuk seorang guru Sekolah Dasar (SD) Brimob Paniai Memukul, Seorang guru di Kabupaten Paniai Yulianus Yeimo Spd, usia 46 tahun di Pukul Babak belur oleh Brimob Paniai Tanggal 24 November 2011 sekitar Pukul,15,00 WIT di ujung lapangan Kogekotu/awabutu Eanrotali Paniai Papua. Pukulan dengan Popor senjata oleh Brimob membuat Yulianus Yeimo mengalami hidung patah dan mengeluarkan darah serta dari mulut mengalir darah seperti air karena dada di tendang dan rahang retak, lidah hampir putus. Operasi ini merupakan lanjutan dari operasi sebelumnya.
Pada tanggal 21 November lalu, aparat gabungan melakukan sweeping alat tajam milik warga sipil. “Tidak tahu, kenapa mereka (Aparat keamanan-red Sweeping kali ini bisa dikatakan operasi militer tanpa tujuan dan alasan yang jelas. Sebab, selain benda tajam, beberapa oknum aparat keamanan rupanya melakukan tindakan yang merugikan warga sipil dari sisi bisnis dan ekonomi. “Bukan manusia yang ditangkap sebenarnya, tapi militer Indonesia telah menangkap ternak, menyita Komputer, Ijazah, pakaian Adat seperti koteka dan Noken Adat,” ungkap seorang warga dari Deyatei, Paniai.
Beberapa pemilik rumah, dilaporkan dipukul aparat militer, terutama anak laki-laki. Dalam sebuah laporan oleh warga sipil, menyebutkan, operasi ini dilakukan di sembilan distrik/kecamatan di wilayah itu. (JUBI/ALMER PITS)
Bersdasarkan Tindakan kekerasan Pelanggaran Ham terhadap Rakyat sipil Papua barat dari Kolonial Rezim NKRI sejak 1961-2011. Maka kami dari Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat- Organisasi Papua Merdeka Papua Barat (TPN-OPM-PB) dengan tegas Sungai Weya adalah Beton Hak Asasi Manusia (Ham) Hukum Internasional. Indonesia harus mengetahui bahwa tanggal satu desember adalah hari ulang tahun bagi bangsa Papua yang Ke-50. Sudah merdeka sama dengan Negara merdeka lainya. Dengan berdasarkn beton Ham ini apa bila TNI-POLri melanggar batas, maka Negara-negara RI bertanggung jawab Aneksasi Papua pada tahun 1962 dan Integrasi dengan paksa yang dilakukan oleh Suharto pada tahun 1969 kedalam NKRI tanpa terlihat orang Papua itu adalah tercacat hukum Internasional secara manipulasi sekelompok hanya kepentingan Indonesia Amerika dan sekutunya.